LAPORAN PRAKTIKUM
KIMIA ORGANIK I
KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS & KOLOM
DISUSUN OLEH :
VIRA ANGGITA G.
(A1C117069)
DOSEN PENGAMPU :
Dr. Drs. SYAMSURIZAL, M.Si.
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA
JURUSAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2019
VII. Data Pengamatan
7.1 Kromatografi
Lapis tipis
NO.
|
PERLAKUAN
|
HASIL PENGAMATAN
|
1.
|
Disiapkan plat TLC
|
|
2.
|
Disiapkan sampal yang adan diuji
dengan diekstrak dengan metanol.
a.
Buah naga
b.
Bayam
c.
Nanas
d.
Kembang kertas
e.
Semangka
f.
Wortel
g.
Pepaya
h.
Kentang
i.
Tomat
j.
Kembang sepatu
|
Didapatkan hasil yaitu :
a.
Larutan berwarna merah keunguan
b.
Larutan berwarna hijau
c.
Larutan berwarna kuning
d.
Larutan berwarna merah pudar
e.
Larutan berwarna merah jernih
f.
Larutan berwarna oren
g.
Larutan berwarna oren
h.
Larutan berwarna hitam
i.
Larutan berwarna oren pudar
j.
Larutan berwarna merah
|
3.
|
Sampel yang telah diekstraksi
ditotolkan ke plat TLC kemudian plat dimasukkan kedalam chamber yang berisi
eluen (n-heksana : etil asetat = 2 ml : 1 ml). Diukur noda yang bergerak
a.
Buah naga
b.
Bayam
c.
Nanas
d.
Kembang kertas
e.
Semangka
f.
Wortel
g.
Pepaya
h.
Kentang
i.
Tomat
j.
Kembang sepatu
|
Didapatkan jarak yang ditempuh noda
dan pelarut, yaitu :
a.
Noda bergerak dengan jarak noda 3,9 cm dan jarak
pelarut 4,8 cm
b.
Jarak noda 0,3 cm dan jarak pelarut 4,8 cm
c.
Jarak noda 3,8 cm dan jarak pelarut 4,8 cm
d.
Jarak noda 2,5 cm dan jarak pelarut 4,8 cm
e.
Jarak noda 3,7 cm dan jarak pelarut 4,5 cm
f.
Jarak noda 3,9 cm dan jarak pelarut 4,5 cm
g.
Jarak noda 3,8 cm dan jarak pelarut 4,5 cm
h.
Jarak noda 0 cm dan jarak pelarut 4,5 cm
i.
Jarak noda 4,1 cm dan jarak pelarut 4,7 cm
j.
Jarak noda 4 cm dan jarak pelarut 4,7 cm
|
7.2 Kromatografi
Kolom
NO.
|
PERLAKUAN
|
HASIL
PENGAMATAN
|
1.
|
Disiapkan kolom kromatografi dengan
sebuah pipet tetes lalu disumbat ujung bawahnya dengan kapas dan dialiri
dengan n-heksana
|
Kolom menjadi bersih dan ketika
dialiri dengan n-heksan larutannya turun dan sisa kapas yang menempel di
dinding kolom menjadi turun.
|
2.
|
Dibuat silika gel dengan mencampurkan
n-heksana dengan silika gel
|
Larn menjadi bercampur
|
3.
|
Dimasukkan kedalam kolom silika gel
yang telah dibuat, sambil kolom diketuk-ketuk sampai setengah kolom.
|
Silik gel menjadi memadat dan
n-heksannya turun ke bawah melewati kapas.
|
4.
|
Sample disiapkan dan diekstrak dengan metanol.
a.
Buah naga
b.
Bayam
c.
Nanas
d.
Kembang kertas
e.
Semangka
f.
Wortel
g.
Pepaya
h.
Kentang
i.
Tomat
j.
Kembang sepatu
|
Didapatkan hasil yaitu:
a.
Larutan berwarna merah keunguan
b.
Larutan berwarna hijau
c.
Larutan berwarna kuning
d.
Larutan berwarna merah pudar
e.
Larutan berwarna merah jernih
f.
Larutan berwarna oren
g.
Larutan berwarna oren
h.
Larutan berwarna hitam
i.
Larutan berwarna oren pudar
j.
Larutan berwarna merah
|
5.
|
Sampel di campur dengan sedudip bubuk
silika gel, diaduk sampai kering
|
sampel menjadi menyatu dengan bubuk
silikka gel dan warnanya sama dengan warna pelarut.
|
6.
|
Dimasukkan sampel yang sudah
dicampurkan silika gel setinggi 1 cm kedalam kolom yang sudah ada silika gel
lalu dialiri dengan eluennya.
Sampel :
a.
Buah naga
b.
Bayam
c.
Nanas
d.
Kembang kertas
e.
Semangka
f.
Wortel
g.
Pepaya
h.
Kentang
i.
Tomat
j.
Kembang sepatu
|
Sampelnya di atas warnanya turun
kebawah setelah dialiri dengan eluen.
Hasil dari beberapa sampel :
a. Sampel a dengan
eluen yang dipakai n-heksana dan etil asetat (8:1) didapatkan pelarut yang
turun sebanyak 4 botol.
b. Sampel b dengan
eluen yang dipakai n-heksana dan etil asetat (3:2) didapatkan pelarut yang
turun sebanyak 5 botol.
c. Sampel c dengan
eluen yang dipakai kloroform dan metanol (3:1) didapatkan pelarut yang turun sebanyak
3 botol.
d. Sampel d dengan
eluen yang dipakai kloroform didapatkan pelarut yang turun sebanyak 5 botol.
e. Sampel e dengan
eluen yang dipakai n-heksana dan etil asetat (3:2) didapatkan pelarut yang
turun sebanyak 3 botol.
f. Sampel f dengan
eluen yang dipakai n-heksana dan etil asetat (3:2) didapatkan pelarut yang
turun sebanyak 3 botol.
g. Sampel g dengan
eluen yang dipakai n-heksana dan etil asetat (3:2) didapatkan pelarut yang
turun sebanyak 3 botol.
h. Sampel h dengan
eluen yang dipakai kloroform dan metanol (3:1) didapatkan pelarut yang turun sebanyak
4 botol.
i.
Sampel
i dengan eluen yang dipakai n-heksana dan etil asetat (3:2) didapatkan pelarut
yang turun sebanyak 3 botol.
j. Sampel j dengan eluen
yang dipakai n-heksana dan etil asetat (3:2) didapatkan pelarut yang turun sebanyak
3 botol.
|
7.
|
Didiamkan pelarut yang ditutup dengan
almuniumfoil yang diberi lubang beberapa hari
|
pelarut yang ada dalam botol menguap
|
8.
|
Botol yang berisi pelarut tadi ditetesi dengan setetes metanol, lalu di TLC |
Akan didapatkan jarang yang ditempuh noda dan
jarak yang ditempuh pelarut.
|
VIII. Pembahasan
8.1 Kromatografi Lapis Tipis
Pada percobaan ini yaitu kromatografi
lapis tipis yang merupakan salah satu jenis motode pemisahan suatu senyawa
organik. Didalam kromatografi terdapat yang namanya yaitu fasa diam dan fasa
gerak. Dimana biasanya fasa diam yang digunakan dalam kromatografi yaitu silika
gel. Dan untuk fasa gerak biasanya berupa pelarut organik atau beberapa
campuran pelarut organik. Kromatografi lapis tipis atau TLC merupakan suatu
metode pemisahan dengan fasa diamnya berupa aluminium tipis, bisa juga plat
kaca, atau plastik. Dan unutk fasa geraknya tau eluen yang merupakan campuran
dari beberapa pelarut. Pada percobaan ini kami menggunkan fasa geraknya yaitu
aluminium yang mengandung sillika gel yang disebut dengan plat TLC. Dan fasa
geraknya yaitu campuran pelarut oraganik yaitu dari n-heksana dan etil asetat.
Sampel yang diuji dengan kromatografi lapis tipis ini ada beberapa yaitu:
1.
Ekstrak
buah naga sebagai sampel a
2.
Ekstrak
bayam sebagai sampel b
3.
Ekstrak
nanas sebagai sampel c
4.
Ekstrak
kembang kertas sebagai sampel d
5.
Ekstrak
semangka sebagai sampel e
6.
Ekstrak
woetel sebagai sampel f
7.
Ekstrak
pepaya sebagai sampel g
8.
Ekstrak
kentang sebagai sampel h
9.
Ekstrak
tomat sebagai sampel i
10. Kembang sepatu
sebagai sampel j
Dimana semua ekstrak itu diekstrak
dengan metanol, sehingga didapatkan larutan pada sampel a larutan berwarna
merah keunguan, pada sampel b didapatkan larutan berwarna hijau, pada sampel c
didapatkan larutan berwarna kuning, pada sampel d didapatkan larutan berwarna
merah pudar, pada sampel e didapatkan larutan berwarna merah jernih, pada
sampel f didapatakan larutan berwarna oren, pada sampel g juga didapatkan
larutan bewarna oren, pada sampel h
didapatkan larutan bewarna hitam, pada sampel i didapatkan larutan berwarna
oren pudanr, dan sampel yang terakhir yaitu sampelj didapatkan larutan bewarnah
merah.
Plat TLC sebelum digunkan pada bagian
bawah diberi garis, dengan jarak dari ujungnya sebesar 0.5 cm. Untuk satu plat
TLC tersebut hanya berisikan 4 sampel yang akan di uji. Sampel yang telah
diekstrak lalu ditotol kan di plat TLC yang kemudian plat tersebut dimasukan
kedalam chamber yang dimana telah berisikan eluen berupa campuran dari pelarut
organik n-heksena dan etil asetat dengan perbandingan 2 : 1 atau 2 mL: 1 mL. Didiamkan
sampai didapatkan laju pelarut dan laju noda sehingga dapat dihitung Rf nya
dimana rumusnya yaitu :
Pada plat yang pertama yang ditotolkan
yaitu sampel a, b, c, dan d dengan jarang pelarutnya adalah 4.8 cm. Sedangkan
jarak yang ditempuh sampel atau noda yaitu sampel a = 3.9 cm, sampel b = 0.3 cm,
sampel c = 3.8 cm, sampel d = 2.5 cm. Sehingga dapat dihitung nilai Rf nya
dengan menggunakan rumus seperti diatas dan didapatkan hasil yaitu :
Sampel a nilai Rf = 0.0125 cm
Sampel b nilai Rf = 0.0625 cm
Sampel c nilai Rf = 0.792 cm
Sampel d nilai Rf = 0.5208 cm
Untuk plat yang kedua ditotolkan sampel
yang akan diuji yaitu sampel e, f, g, dan h dengan jarak yang ditempuh
pelarutnya yaitu 4.5 cm. Sedangkan jarak yang ditempuh noda yaitu sampel e = 3.7
cm, sampel f = 3.9 cm, sampel g = 3.8 cm, dan sampel h = 0 cm atau tidak
bergerak. didapatkan jarak yang ditempuh noda dan jarak yang ditempuh pelarut
kita dapat menghitung berapa nilai Rf nya dengan rumus di atas dan didapatkan
hasil yaitu :
Sampel e nilai Rf = 0.8222 cm
Sampel f nilai Rf = 0.8667 cm
Sampel g nilai Rf = 0.8444 cm
Sampel h nilai Rf = 0cm
Untuk plat yang ketiga ditotolkan sampel
yang diuji yaitu sampel i dan j dengan jarak pelarunya yaitu 4.7 cm. Sedangkan jarak
yang ditempuh nodanya yaitu pada sampel i = 4.1 cm dan sampel j = 4 cm.sehingga
nilai Rf nya dapat dihitung yaitu :
Sampel i nilai Rf = 0.8723 cm
Sampel j nilai Rf = 0.8510 cm
Pada kromatografi lapis tipis tipis ini
terdapat fasa gerak yang akan bergerak yaitu dengan menyerap sepanjang fasa
diam yang akan membentuk kromatogram. Setelah plat di totoli dengan sampel lalu
dimasukan kedalam chamber yang telah berisi eluen yang mana adalah n-heksan dan
etil asetat yang merupakan fasa gerak, sedangkan pada fasa diamnya dimana dalam
plat tetes TLC terkandung silika gel yang merupakan senyawa polar. Setelah pelarut
atau eluen tidak bergerak lagi, plat TLC selanjutnya di sinari dengan sinar UV
yang berfungsi unruk memperlihatkan noda yang tak tampak agar bisa di hitung
berapa jarak yang ditempuh noda. Semakin polar senyawa atau sampel yang diuji
maka sampelakan bergerak lambat sedangkan yang semankin tinggi jarak yang
ditempu nodanya maka senyawa atao sampel tersebut bersifat non polar, contohnya seperti pada sampel H dimana nodanya tidak bergerak dimana menandakan bahwa sampel tersebuh bersifat sangat polar. Dimana makin
kuat adsorpsi suatu analit terhadap fasa diamnya dan kelarutannya yang kecil
terhadap fasa gerak maka waktu tinggalnya dalam kolom lebih lama dibandingkan
dengan analit yang daya adsopsinya lemah terhadap fasa diam dan kelarutannya
tinggi dengan fasa gerak yang digunakan(http://syamsurizal.staff.unja.ac.id/2019/04/10/325teknik-pemisahan-dengan-khromatografi/).
8.2 Kromatografi Kolom
Percobaan kedua yaitu pemisahan dengan
metode kromatografi kolom. Dimana fase diamnya adalah silika gel dan fase
geraknya yaitu pelarut organik. Pada kromatografi kolom ini menggunakan proses
adsorpsi. Dimana pada kolom dimasukkan silika gel yang telah dicampur dengan
n-heksan. Ketika pemasukan silika gel kedalam kolom dilakukan pengetukan pada
kolom agar silika gel memadat. Sebelum memasukan silika gel kedalam kolom,
dilakukan penyumbatan ujung kolom dengan kapas, lalu dialiri dengan n-heksana
agar sisa kapas yang menempel turun kebawah dan menumpuk dibawah. Silika gel diisi
sekitar setengah dari kolom, sampai semua pelarutnya turun. Sampel yang
digunakan sama dengan sampel yang dipakai pada kromatografi lapis tipis. Dimana
ekstrak tersebut dicampurkan dengan sesudip bubuk silika geldiaduk samapi
kering dan warnanya sama dengan warna ekstraknya lalu dimasukkan kedalam kolom
yang telah diisisengan silika gel, tinggi ekstrak dimasukkan kedalam kolom
sekitar 1 cm. Lalu kolom di aliri dengan dengan eluennya. Setelah eluennya
turun ditampung dengan botol, dan diganti botolnya jika pelarut yang turunya
berubah warna. Setalh pelarut yang ditampung didapatkan lalu ditutup dengan
alumunium foil dan diberi lubang kecil, lalu didimkan dalam beberapa hari.
Setelah didimkan dalam beberapa hari botol yang berisi pelarut itu akan
menguap. Borol tersebut di tetesi metanol untuk dilakukan penotol pada plat
TLC.
Pada sampel a eluen yang digunakan yaitu
n-heksan dan etil asetat dengan perbandingan 8:1 dengan banyak volume nya 16 ml
dan 8 ml, dan didapatkan pelarut yang
turun yaitu 2 botol. Tetapi sampelnya tidak turun sehingga di ganti
perbandingan eluenya yaitu menjadi 16 : 2. Sampelnya turun kebawah tetapi hanya sedikit dan hanya mendapatakan 2
botol dari pelarut yang turun. Lalu eluennya di tambah kembali dengan
perbandingan 15:5 hasilnya juga hanya turun sedikit sampelnya sehingga total
yang diperoleh yaitu ada 6 botolyang semuanya bewarna bening. hal ini terjadi
mungkin zat atau sampel yang dipakai merupakan senyawa yang sangat polar
sementara eluennya bersifat sedikit kurangpolar sehingg sampel susah untuk
turun atau teradsorbs oleh eluen.
Pada sampel b eluen yang digunakan yaitu
n-heksana dan etil aseta dengan perbadingan 3 : 2 dan didapatakan pelarut yang
turun atau hasil kromatografi yaitu 5 botol. Pada botol kedua dan ketiga
warnanya hijau. Hal ini karena sampel be yang cepat terelusi karena siffatnya
yang polar dengan eluen yang digunanakan yang mana bersifat polar. Pada sampel
c eluen yang digunakan yaitu klorofrm dan metanoldengan perbandingan 3 : 1 dan
didapatkan palerut yang turun yaitu sebanyak 3 botol. Dimana pada semua botol
warnanya tidak bewarna, hal ini bisa dikarenakan tidak terelusinya, karena
sampel yang bersifat sangat polar dan juga silika gel yang digunakan pecah hal ini lah yang mneyebabkan sampel tidak
terelusi dengan baik. Pada sampel d
eluen yang digunakan yaitu kloroform dan didapatkan pelarut yang turun sebanyak
5 botol. Dimana pada botol kedua warna bening namun berminyak, dan botol ke 3
agak keruh. Dimana hal ini menandakan bahwa sampel terelusi dengan sempurna
sehingga turun karena terelusi dengan eluenya. Pada sampel e eluen yang
digunakan n-heksan dan etilasetat dengan perbandingan 3 : 2 dan didapatkan
pealrut yang turun yaitu sebanyak 3 botol. Dimana pada botol kedua bewarna
kuning pudah hal ini menandakan bahwa sampel yang digunakan telah terleusi oleh
eluenya. Pada sampel f eluen yang digunakan yaitu n-heksan dan etil asetat
dengan perbandingan 3: : 2 dan didapatkan pelarut yang turun yaitu sebayak 3
botol. Dimana botol kedua bewarna kuning yang nama menandakan bahwa sampel
terelusi dengan eluen atau pelarutnya. Pada sampel g eluen yang digunakna yaitu
n-heksena dan etil asetat dengan perbandingan 3 : 2 dan didapatkan pelarut yang
turun yaitu sebanyak 3 botol. Dimana pada botol pertama sampel belum turun. dan
pada botol kedua sampel turun dan didapatkan cairan bewarna kekuningan yang
nama hal ini menandakan bahwa sampel telah terelusi dengan baik oleh eluan yang
digunakan.Pada sampel h eluen yang digunakan yaitu kloroform dan metanol dengan
perbandingan 3 : 1 dan didapatkan pelarut yang turun sebanyak 4 botol. Didapatakan
hasil kromatografi pada botol kedua yaitu bewarna kuning keruh yang dimana hal
ini berarti menandakan bahwa sampel talah terelusi dengan baik oleh pelarut
atau eluen yang digunakan. Pada sampel i
eluen yang digunakan yaitu n-heksana dan etil asetat dengan perbandingan 3 : 2
dan didapatkan pelarut yang turun yaitu sebanyak 3 botol. Pada botol kedua didapatkan hasil
kromatografinya yaitu bewarna merah. Dalam hal ini menandakan bahwa sampel
telah terelusi dengan baik oleh eluan atau pelarutnya. Pada sample j eluen yang
digunakan yaitu n-heksana dan etil asetat dengan perbandingan 3 : 2 dan didapatkan
pelarut yang turun sebanyak 3 botol. Dimana hasil kromatografi pada botol dua
dan tiga didapatkan bewarna keruh. Hal ini ditandai karena eluen leah meelusi
sampel dengan baik.
Setelah semua sampel di kromatografi,
yang semua dalam botol tersebut ditutup dengan alumonium foil yang sedikit
diberi lubang kecil agar semanya menguap. Karea semanya masih dalam keadaan
encer sehingga belum bisa untuk di TLC. Lalu didimakan dalma beebrapa hari. Setelah
itu setelah semuanya menguap di tetesi dengan setetes metanol lalu dilakukan
lah TLC pada semua sampel tersebut, dimana krutnya juga di TLC. Pada TLC semua
sampel ini hanya beberapa noda yang bergarak dan juga bahkan tidak timbul
nodanya setalh di sinari dengan sinar UV. Hal ini mungkin dikarenakan karena
zat yang berada dalam botol ikut menguap dengan eluennya sehingga nodanya
ketika di TLC tidak tampak. Noda yang tampak namun tidak bergerak seperti pada
sampel ada wortel dimana pada botol saru dan tiga tidak bergerak namun
memunculkan noda bewarna kream yang nama hal ini menandakan bahwa semakin polar
suatu senyawa atau zat makan akan lambat bergerak, karena silika gel yang juga
bersifat polar. Biala noda bergerak hal itu menandakan bahwa noda tersebut
bersifat non polar.
IX. Kesimpulan
Dari percoba yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan yaitu :
Dari percoba yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan yaitu :
1. Kromatografi
adalah suatu teaknik pemisahan dengan suatu zat dalma campuran yang diuraikan
berdasarkan kemampuan untuk disepat oleh komponen lain yaitu fase diam.
2. Azas dalam
kromatografi adalah bahwa senyawa yang berbeda mempunyaikoefisien distribusi
yang berbeda diantara kedua fase diam dan fase gerak.
3. Kromatografi kolom
prosesnya berdasarkan dimana komponen sampel secara selektif di adsorbsi oleh
permukaan fasa diam. dan juga komponen sampel secara selektif terpartisi antara
eluaen dan lapisan cairan tipis yang terikat pada padatan pendukung inert.
4. Kromatografi lapis
tipis prinsip kerjanya yaitu pemisahan sampel berdasarkan perbedaan kepolaran
antara sampel dengan eluen yang di pakai.
X. Daftrar
Pustaka
Alimin, 2007. Analisis kuantitatif jakarta: erlangga.
Khopkar, S.M. 2010. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: Penerbit Universitas
Indonesia.
Soebagio, dkk. 2000. Kimia Analitik II. Malang: Universitas Negeri Malang.
Syamsurizal.
2019. Kromatografi Lapis Tipis dan Kolom.
http://syamsurizal.staff.unja.ac.id/2019/04/10/325teknik-pemisahan-dengan-khromatografi/
http://syamsurizal.staff.unja.ac.id/2019/04/10/325teknik-pemisahan-dengan-khromatografi/
Diakses pada tanggal 7 Mei 2019. Pukul 20:00 WIB.
Tim Kimia Oraganik. 2016. Penutun
Praktikum Kimia Organik I. Jambi : Universitas Jambi.
XI. Pertanyaan
1. Apa fungsi dari pengetukan kolom kromatografi ketika diisi dengan silika gel ?
2. Apa kegunan dilakukannya penutunah pada chamber yang tealh di isi dengan eluen sebelum digunakan ?
3. Pada saat praktikum dilakukannya penyinaran dengan sinar UV, apa fungsi dari penyinaran itu pada kromatografi lapis tipis ?
XII. Lampiran
Plat TLC yang berada dalam Chamber yang berisi Eluen
Penyinaran dengan Sinar UV pada Plat TLC
Pemadatan Silika Gel
Pemasukan Eluen ke Dalam Kolom Kromatografi
Proses Impreknasi
Sampel yang Sudah di Ekstrak
Proses Kromatografi kolom
3 komentar:
Saya Elda septiana (27) ingin mencoba menjawab no 3.
sinar UV yang berfungsi unruk memperlihatkan noda yang tak tampak agar bisa di hitung berapa jarak yang ditempuh noda.
Saya Rd. Abdurrahman (A1C117015) akan menjawab pertanyaan nomor 1. pengetukan kolom bertujuan agar silika gel di dalam kolom memadat.
Saya akan mencoba menjawab pertanyaan no. 1 fungsi pengetukan kolom ketika diisi dengan silika gel yaitu agar silika gel memadat (snaq elfiea, A1C117071)
Posting Komentar